Tabung Gas

Kamis, 15 Mei 2008

Siapa yang tak kenal dengan "penampakan" di samping?. Rasa-rasanya dari 200an juta rakyat negeri ini, hanya bayi yang baru melek dunia yang gak ngeh barang apa itu (...just my opini).

Belum lama ini saya sempat ngobrol dengan mantan pacar (baca : istri) ketika melewati mobil pengangkut tabung gas yang sedang menurunkan bawaannya ke salah satu pemesan. Dan salah satu topik kami adalah mudah-mudahan Balikpapan ini tidak mengalami kondisi krisis tabung gas.


Namun kenyataannya???. Sangat diluar dugaan...!!!
Tadi malam (di saat INA sedang menjajal Inggris, di 1/4 Final Thomas Cup) saya menjelajahi hampir setengah dari luas kota ini untuk mengganti tabung gas. Dan hasilnya, kami baru menemukan penggantinya jam 9an lewat (5 point sebelum Taufik menang).

Ada apa ini???. Pertanyaan itu yang timbul di benak saya.
Dan dari ObrAS (Obrolan Sangat Singkat) dengan penjual terakhir, bahwa jatah mereka dikurangi oleh pihak produsen (baca : Pertamina; ...dan ini juga yang menjadi alasan yang sebelumnya kami temui di"road show" kali ini).

Semoga ada kesadaran di pihak produsen untuk memikirkan hal ini kembali.
Dan tentunya para agen/distributor pun tidak turut andil dalam krisi tabung ini (baca : penimbunan).

By Zulkifli "Fly" Farma @ 12.51 3 comments  

Keluargaku

Bila ada masalah bak tumpukan bata yang menggunung, kuncinya adalah mulai pindahkan bata terdekat karena bata takkan pindah dengan hanya dilihat atau dihitung saja.

By Zulkifli "Fly" Farma @ 09.01 0 comments  

"Tembok Raksasa" itu ternyata rapuh

"Tembok Raksasa itu ternyata rapuh"...

Adalah Belanda yang membuat pernyataan itu timbul di benak saya pada awalnya.
Bagaimana tidak, datang dengan status yang serba mumpuni, mulai dari juara bertahan serta rangking pemain yang di atas anggota tim lainnya menjadikan Cina pantas dijadikan unggulan utama.

Namun, kenyataan berbicara lain.
Oke lah, Cina tetap menang pada akhirnya.
Tapi, coba kita liat proses terjadinya "kemenangan" tersebut (yang dalam pikiran saya, mereka lebih pantas kalah...!!!).

Turun sebagai motor tim, jelas Yao Jie kalah 3P (Prestasi, Peringkat, dan Pamor) dibanding Xie Xinfang.
Kalah di set-I, tidak membuat tunggal-I Negeri Kincir itu patah semangat.
Justru (mungkin...) kekalahan ini yang membuat dia belajar dan bisa "membabat habis" Xinfang di 2 set berikutnya.
Dan hasilnya, 1-0 untuk Belanda.

Partai-II, tetap di nomor tunggal, Lu Lan hampir saja dipermalukan oleh Judith Meulendijks (...rasanya sangat sedikit oranga yang kenal dengan pemain ini). Melihat skor yang ada (dengan kondisi rubber set), tidak ada penilaian lain atas partai ini selain "ketat". Untung saja keberuntungan masih berpihak pada Cina. Skor imbang, 1-1.

Selanjutnya, partai-III kembali membuat penonton tercengang. Rachel Van Cutsen (yang di penyisihan grup kalah dari Maria Kristin) kembali membuat Belanda memimpin 2-1 setelah mengalahkan Jiang Yanjiao dalam pertarungan 3 set.
Selanjutnya, tersisa 2 partai ganda yang pada akhirnya menjadi milik Cina.
Hasil akhir, 3-2 untuk tuan rumah Olimpiade 2008 ini.

Satu hal yang harusnya bisa menjadi penyulut semangat bagi srikandi-srikandi kita, Belanda saja yang kita kalahkan 5-0 (tanpa memperhatikan absennya Yao Jie) mampu membuat kubu Cina panas dingin.
Harusnya kita pun mampu melakukan yang sama, bahkan dengan dukungan luar biasa dari 7.500 penonton sangat mungkin lebih dari itu, membawa kembali Piala Uber menjadi milik kita.

Tapi, langkah terdekat untuk mencapai itu adalah semifinal malam ini.
Rentas jalan juara dengan "mengkandang"kan Jerman.
Semoga...

By Zulkifli "Fly" Farma @ 08.51 0 comments  

Keluargaku

Kamis, 08 Mei 2008

Banyak bicara jika tak dengan hati akan timbulkan banyak masalah tapi bicara seperlunya plus HATI dan pertimbangan masak, jauh bermakna dan manfaat.

By Zulkifli "Fly" Farma @ 11.38 0 comments  

Nasehat Dakwah (...sebuah renungan)

Senin, 05 Mei 2008

" Itulah yang benar, yang datang dari Tuhanmu, karena itu janganlah kamu termasuk orang-orang yang ragu-ragu" (Ali imran :60)


SEBUAH DIALOG SELEPAS MALAM...

"Akh, dulu ana merasa semangat saat aktif dalam da'wah. Tapi belakangan rasanya semakin hambar. Ukhuwah makin kering. Bahkan ana melihat ternyata ikhwah banyak pula yang aneh-aneh."Begitu keluh kesah seorang mad'u kepada seorang murobbinya di suatu malam.

Sang murobbi hanya terdiam, mencoba terus menggali semua kecamuk dalam diri mad'unya. "lalu apa yang ingin antum lakukan setelah merasakan semua itu ? " sahut sang murobbi setelah sesaat termenung. " Ana ingin berhenti saja, keluar dari tarbiyah ini. Ana kecewa dengan prilaku beberapa ikhwah yang justru tidak Islami. Juga dengan organisasi dakwah yang Ana geluti; kaku dan sering mematikan potensi anggota-anggotanya. Bila begini terus, Ana mendingan sendiri saja." Jawab mad'u itu.

Sang murobbi termenung kembali. Tidak tampak raut terkejut dari roman di wajahnya. Sorot matanya tetap terlihat tenang, seakan jawaban itu memang sudah diketahuinya sejak awal. " Akhi, bila suatu kali antum naik sebuah kapal mengarungi lautan luas. Kapal itu ternyata sudah sangat bobrok. Layarnya banyak berlubang, kayunya banyak yang keropos bahkan kabinnya bau kotoran manusia. Lalu, apa yang akan antum lakukan untuk tetap sampai pada tujuan?". Tanya sang murobbi dengan kiasan bermakna dalam.


Sang mad'u terdiam dan berfikir. Tak kuasa hatinya mendapat umpan balik sedemikian tajam melalui kiasan yang amat tepat. " Apakah antum memilih untuk terjun kelaut dan berenang sampai tujuan?". Sang murobi mencoba memberi opsi. "Bila antum terjun ke laut, sesaat antum akan merasa senang. Bebas dari bau kotoran manusia, merasa kesegaran air laut, atau bebas bermain dengan ikan lumba-lumba . tapi itu hanya sesaat. Berapa kekuatan antum untuk berenang hingga tujuan?. Bagaimana bila ikan hiu datang. Darimana antum mendapat makan dan minum? Bila malam datang, bagaimanan antum mengatasi hawa dingin?" serentetan pertanyaan dihamparkan dihadapan sang mad'u. Tak ayal, sang mad'u menangis tersedu. Tak kuasa rasa hatinya menahan kegundahan sedemikian. Kekecewaannya kadung memuncak, namun sang murobbi yang dihormati justru tidak memberi jalan keluar yang sesuai dengan keinginannya.


"Akhi, apakah antum masih merasa bahwa jalan dakwah adalah jalan yang paling utama menuju ridho Allah?. " Bagaimana bila ternyata mobil yang antum kendarai dalam menempuh jalan itu ternyata mogok? Antum akan berjalan kaki meninggalkan mobil itu tergeletak dijalan, atau mencoba memperbaikinya? . Tanya sang murobbi lagi. Sang mad'u tetap terdiam dalam sesenggukan tangis perlahannya.


Tiba-tiba ia mengangkat tangannya:"Cukup akhi, cukup. Ana sadar.. maafkan Ana…. ana akan tetap Istiqomah. Ana berdakwah bukan untuk mendapatkan medali kehormatan. Atau agar setiap kata-kata ana diperhatikan… " . Biarlah yang lain dengan urusan pribadinya masing-masing. Biarlah ana tetap berjalan dalam dakwah. Dan hanya Allah saja yang akan membahagiakan ana kelak dengan janji-janji- Nya. Biarlah segala kepedihan yang ana rasakan menjadi pelebur dosa-dosa ana". Sang mad'u berazzam dihadapan sang murobbi yang semakin dihormatinya. Sang murobbi tersenyum "Akhi, jama'ah ini adalah jamaah manusia. Mereka adalah kumpulan insan yang punya banyak kelemahan. Tapi dibalik kelemahan itu, masih amat banyak kebaikan yang mereka miliki . Mereka adalah pribadi-pribadi yang menyambut seruan Allah untuk berdakwah. Dengan begitu, mereka sedang berproses menjadi manusia terbaik pilihan Allah." "Bila ada satu dua kelemahan dan kesalahan mereka, janganlah hal itu mendominasi perasaan antum. Sebagaimana Allah ta'ala menghapus dosa manusia dengan amal baik mereka, hapuslah kesalahan mereka dimata antum dengan kebaikan-kebaikan mereka terhadap dakwah selama ini. Karena di mata Allah, belum tentu antum lebih baik dari mereka." "Futur, mundur, kecewa atau bahkan berpaling menjadi lawan bukanlah jalan yang masuk akal. Apabila setiap ketidak-sepakatan selalu disikapi dengan jalan itu , maka kapankah dakwah ini dapat berjalan dengan baik?" sambungnya panjang lebar. "Kita bukan sekedar pengamat yang hanya bisa berkomentar. Atau hanya pandai menuding-nuding sebuah kesalahan. Kalau hanya itu, orang kafirpun bisa melakukannya. Tapi kita adalah da'i. kita adalah khalifah. Kitalah yang
diserahi amanat oleh Allah untuk membenahi masalah-masalah di muka bumi. Bukan hanya mengeksposnya, yang bisa jadi justru semakin memperuncing masalah." "Jangan sampai, kita seperti menyiram bensin ke sebuah bara api. Bara yang tadinya kecil.tak bernilai, bisa menjelma menjadi nyala api yang yang membakar apa saja. Termasuk kita sendiri!" "Bekerjalah dengan ikhlas. Berilah taushiah dalam kebenaran, kesabaran dan k a sih sayang kepada semua ikhwah yang terlibat dalam organisasi itu. Karena peringatan selalu berguna bagi orang beriman. Bila ada isyu atau gosip tutuplah telinga antum dan bertaubatlah. Singkirkan segala ghil antum terhadap saudara antum sendiri. Dengan itulah, Bilal yang mantan budak hina menemui kemuliaannya. "

Suasana dialog itu mulai mencair. Semakin lama, pembicaraaan melebar dengan akrabnya. Tak terasa, kokok ayam jantan memecah suasana. Sang mad'u bergegas mengambil wudhu untuk berqiyamu lail. Malam itu. Sang mad'u sibuk membangunkan mad'u yang lain dari asyik tidurnya. Malam itu sang mad'u menyadari kesalahannya. Ia bertekad untuk tetap berputar bersama jama'ah dalam mengarungi jalan dakwah. Pencerahan diperolehnya. Demikian yang kami harapkan dari antum sekalian…… Semoga bermanfaat …


@ Dari e-mail akhi Ade Muzawir.

By Zulkifli "Fly" Farma @ 09.32 0 comments